INDAH
SOEKOTJO: Colours of My Butterfly
Saya adalah Putri pertama dari tiga bersaudara, adik saya
dua orang laki-laki. Ayah saya Almarhum Purnawirawan TNI Marsekal Madya R.Iman
Soekotjo dan Ibu saya adalah Soefiati Soekardjo. Saya adalah seorang Ibu dengan
dua buah hati saya yang merupakan Anugerah Tuhan yang Terindah dalam Hidup Saya. Dalam hidup ini selain Tuhan, Keluarga dan
Sahabat-sahabat saya adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam helaan
nafas saya.
Menjadi Dosen, Intruktur, Pengajar, Trainer
adalah perjalanan panjang yang sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh saya.
Kalimat ini mengingatkan saya mengenai kehidupan.
”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan kepada Tuhan dan yang
sempurna’.
inilah yang membuat saya beralih haluan dari
dunia fashion yang membesarkan saya ke dunia pendidikan yang akhirnya membuat
saya jatuh cinta dengan semua hal yang berkaitan dengan pengembangan diri,
pengembangan intelektualitas.Saya bukan sebagai pengajar tetapi saya juga
belajar dan di ajar, saya juga tumbuh dan berkembang, saya belajar memahami
sedemikian banyak orang baik itu Mahasiswa, peserta training dan semua orang
yang terlibat. Saya memulai sebagai pembicara dari suatu perkumpulan ke suatu
perkumpulan, lalu dari satu panggung seminar ke satu panggung seminar lainnya,
dari kelas ke kelas, dari Lembaga pendidikan ke lembaga pendidikan, dari kampus
ke kampus, dari Akademi ke Akademi, dari Universitas ke Universitas, dari
Kantor ke Kantor, dari Organisasi ke Organisasi, dari Departemen ke Departemen,
dari Kota ke Kota, dan sekarang saya sudah merambah sebagai Dosen dan Pembicara
serta Trainer di Negara Tetangga. Saya mengembangkan diri tidak hanya sebagai
pembicara Nasional, tetapi saya juga memiliki sertifikat sebagai pembicara di forum
Internasioanl dalam kategori bidang saya.
Saya memang terkenal sebagai Dosen
terbang, yach begitulah Kupu-kupu selalu terbang. Jika setiap orang bertanya
…enak ya jadi pengajar? Atau dosen? Atau pembicara? Jawaban saya adalah Saya
menjadi seperti yang Tuhan Kehendaki oleh karenanya saya ikhlas dan sangat
mencintai pekerjaan saya di dunia pendidikan.Saya akan berada di jalur
pendidikan sampai TUHAN memberi tugas lain pada saya yang
berkenan padaNYA.
Di sela acara 3rd Indonesia Secretary Summit
2013, EXCELLENT BUSINESS MAGZ berkesempatan berbincang dengan Ibu Indah
Soekotjo, seorang Dosen, Trainer dan Public Speaker yang juga mantan Model.
Beliau berbagi kisah perjalanan hidup dan pengalamannya yang sangat
menginspirasi.
Bisa Ibu Indah ceritakan perjalanan hidup
Ibu?
Saya memulai karir dari ajang Fashion Show. Umur
9 tahun sudah menjadi modelnya Hadiprana. Saya sering fashion show
baju anak-anak, yang pada saat itu belum jamannya di tahun 1969. Saya juga
aktif menari Bali. Saat itu buat penari, bisa menari Bali itu penting, selain
ikut juga di Expo’70. Sempat berkesempatan menari di Istana Negara. Aktifitas
Fashion lainnya, saya menjadi Cover Majalah Gadis mulai tahun 1972. Dari
Majalah Gadis itu, berlanjut sampai tahun 1980. Sehingga boleh dikatakan saya besar
di dunia fashion. Dari situ saya melangkah menjadi Peragawati. Dulu itu
Peragawati tidak seperti sekarang standarnya harus tinggi. Jadi saya menekuni
peran sebagai Peragawati. Jadi model, saya ikut dengan groupnya Studio 1, satu
group dengan IMA. IMA itu milik ibunya Rima Melati. Dari situ saya ikut ajang
pemilihan putri-putrian. Saya menjadi finalis Putri Remaja, tapi juga ikut
Putri Pelajar DKI Jaya. Di ajang Putri Remaja saya menjadi finalis, karena saya
menang di ajang Putri Pelajar. Kemudian selesai sekolah, saya menikah dan
berumah tangga, namun dunia model masih saya tekuni, bukan sebagai model lagi
tetapi saya menjadi Desainer. 3 peran saya jalani bersamaan, menjadi desainer,
sambil tetap kuliah dan berumahtangga. Dalam perjalanan waktu, saya harus
menentukan pilihan mau yang mana. Saya memilih untuk selesaikan sekolah.
Mengapa? karena waktu itu saya berpikir bahwa, prinsip saya “Pendidikan itu
Mata Uang yang Berlaku di Semua Negara”. Pendidikan itu dijalani bukan karena
harus punya gelar, kan? Tetapi bagi saya, at least saya pernah sekolah
dan mengecap pendidikan.
Apa yang membuat Ibu tertarik dunia
Pendidikan, mengajar sebagai Dosen dan menjadi Trainer?
Menjadi Guru? Menjadi Dosen? Menjadi Instruktur?
Menjadi Pengajar? Menjadi Trainer dan Speaker? Oooh tidak pernah ada dalam benak saya bahkan dalam catatan permohonan doa saya. Jujur saja…cita-cita saya ada tiga, pertama jadi Dokter Anak, Kedua Jadi penari Balet seperti Balet di atas Es/Ice Skate Dancer, ke tiga menjadi Ibu rumah Tangga.
Menjadi Pengajar? Menjadi Trainer dan Speaker? Oooh tidak pernah ada dalam benak saya bahkan dalam catatan permohonan doa saya. Jujur saja…cita-cita saya ada tiga, pertama jadi Dokter Anak, Kedua Jadi penari Balet seperti Balet di atas Es/Ice Skate Dancer, ke tiga menjadi Ibu rumah Tangga.
Bermula karena saya berkarya di busana, yaitu
dengan membuat desain baju-baju kerja. Dulu belum banyak orang desainer yang
kerja di kantor. Jadi banyak yang minta saya untuk speech. Kebetulan background
pendidikan saya itu spesifikasi di Pengembangan Kepribadian, bukan model
seperti PR misalnya. Caranya beda. Dalam perjalanannya saya tidak tahu kenapa,
orang suka ketika saya speech. Saya jadi berpikir, harus belajar Public
Speaking juga dan saya jalani. Sebagai Speaker, Trainer, saya lebih
dikenal dengan materi-materi Pengembangan Kepribadian, Etiket, Komunikasi dan Public
Speaking dan Teknik Presentasi serta Service Excellent. Yang berbeda dari
saya adalah, saya bukan lulusan sekolah kursus untuk menjadi pembicara.
Kebetulan Nenek saya juga pengajar pengembangan kepribadian. Jadi agak beda
lah. Tapi buat saya, sekolah-sekolah pengembangan kepribadian semuanya bagus.
Hanya pendekatan saya berbeda, karena banyak juga berdasarkan pengalaman di
lapangan. Dulu saya seorang model, tetapi untuk masuk ke dunia Public Speaking
saya melepas atribut saya sebagai seorang model. Jadi mulai dari nol (zero).
Bagi saya “come on, Anda bisa menjadi seseorang bukan karena Anda
dikenal sebagai public figure”. Jadi orang kenal saya sebagai
Public Speaker, setelah tahu mereka baru bilang “mantan model ya dulu?” nah
inilah yang membuat saya happy. Saya masuk dunia sosialita juga
karena kemampuan, bukan karena saya model. Itu ada kebanggaan dan kepuasan
tersendiri dalam diri saya. Artinya, saya ingin mengatakan bahwa orang
biasa juga bisa menjadi “seseorang”, bukan karena dia harus menjadi seorang public
figure dulu. Dan untuk menjadi seorang pembicara, saya menjual capability
saya, isi dari materi (content) bukan kepopuleran saya. Yang paling penting,
konten saya itu diterima. Dengan menjadi seorang speaker, artinya saya
berbagi. Dan berbagi itu equal. Dan ini juga bagian sharing
saya kepada Sahabat Excellent.
Artikel selengkapnya dapat Anda baca di
EXCELLENT BUSINESS MAGZ edisi 33